Ketua Prodi Magister PBA Mengabdi Bersama Azhariyat Indonesia Bahas Isu Disabilitas

Gowa, pba.pps.uin-alauddin.ac.id – Sebagai alumni Universitas al-Azhar Kairo Mesir, Ketua Prodi Magister Pendidikan Bahasa Arab Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Dr. Haniah, Lc., M.A., didapuk sebagai moderator pada kegiatan pendabdian Azhariyat Indonesia yang bertajuk “Membincang Isu Disabilitas: Antara Norma Agama dan Realitas Sosial” melalui zoom meeting, Sabtu (8/3/2025)

Kajian Islami “Azhariyat in Ramadhan” ini hadir setiap Sabtu selama bulan Ramadhan. Pada Sabtu kedua ini menghadirkan narasumber dari alumni dan non alumni al-Azhar sehingga memberikan perspektif yang kaya dan mendalam tentang isu disabilitas. Mereka adalah Prof. Dr. Nurlailatul Musyafa’ah, Lc., M.A Azhariyat yang merupakan Guru Besar Hukum Islam pada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Dr. Bahrul Fuad, MA. Komisioner Komnas Perempuan dan Penulis Buku Fiqh Penguatan Penyandang Disabilitas, Dr. Iffatul Umniati, Lc., M.A. Azhariyat jebolan Doktor al-Azhar di bidang Ushul Fiqh, Dosen UIN Syarif Hidayatulah, Pengurus LBM PBNU 2022-2027 serta pengasuh Pondok Pesantren Tahfidz dan Sains Sampang Madura, Erina Zuhratul Itriyah, Lc., M.Pd.I. Azhariyat Founder al-Umm Bogor dan Ibu Hanif IBK, serta Khofidatur Rofiah, MA. akademisi Unesa pada Departemen Pendidikan Luar Biasa dan Kandidat Doktor pada Pedagogical University of Cracow Polandia.

Pembicara pertama Prof. Dr. Nurlailatul Musyafa’ah, Lc., M.A. menegaskan bahwa ada beberapa hak bagi penyandang disabilitas yang harus dipahami bersama yaitu hak hidup, bebas dari stigma, privasi, keadilan dan perlindungan hukum, pendidikan, pekerjaan, kewirausahaan dan koperasi, kesehatan, politik dan keagamaan. Dengan gaya bahasa yang santai, Ketua Rumah Publikasi UIN Sunan ampel tersebut memahamkan peserta kajian bagaimana negara dan agama melindungi difabel melalui regulasi Undang-Undang dan telah ditegaskan dalam ayat-ayat Alquran dan Hadis Rasulullah saw. Namun, lanjutnya, faktor biaya, sosialisasi regulasi yang masih kurang dan faktor stigma negatif masyarakat masih menjadi kendala tersendiri bagi para difabel.

Pembicara kedua Dr. Bahrul Fuad biasa disapa dengan Cak Fu, seorang santri penyandang disabilitas sejak lahir 49 tahun silam, telah melewati hari-hari bersama kursi rodanya namun dukungan keluarga menjadikan beliau hidup dengan percaya diri hingga menjadi aktivis yang memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas. Penulis buku Fiqh Penguatan Penyandang Disabilitas tersebut meyakinkan kepada peserta kajian bahwa setiap manusia diciptakan dengan bentuk sebaik-baiknya ciptaan dan kunci kesuksesannya adalah iman dan amal saleh, maka jika ada yang sempurna secara fisik namun tidak beriman dan beramal saleh maka sesungguhnya dialah yang cacat. Beliau memesankan kepada peserta untuk tidak ikut menstigma difabel dengan sebutan yang negatif seperti tuna, tidak normal, tidak sempurna. Mari kita bangun kesetaraan dengan mereka, tegasnya.

Pembicara ketiga, Dr. Iffatul Umniati Ismail, Lc., M.A. memberikan wawasan kepada peserta bahwa fiqh sangat ramah dan menerima para difabel dengan keterbatasannya memberikan keringanan namun sayangnya di Indonesia masih banyak fasilitas yang tidak mendukung mereka beribadah di masjid. Doktor jebolan al-Azhar ini menjelaskan terkait pandangan ulama klasik dan kontemporer yang lebih menekankan pada kemudahan dan keadilan bagi difabel.

Pembicara keempat, Erina Zuhratul Itriyah, Lc., M.Pd.I, seorang ibu yang sangat hebat mendampingi putranya yang berkebutuhan khusus. Dalam kesempatan ini menceritakan bagaimana perjuangannya bersama dengan anaknya Hanif dan memberikan trik kepada audiens bagaimana menjalani hidup dengan ujian berat seperti ini. “Syukur tanpa tapi, Sabar tanpa tepi”, kuncinya pada close statement.

Pembicara kelima, Khofidatur Rofi’ah, M.Pd., mengangkat tema : Disability Inclusion: Concepts, Paradigms and Implementation in Indonesia. Kandidat doktor Pedagogical University of Cracow Polland ini mengemukan bahwa Indonesia telah mengikuti komitmen internasional mempromosikan pendidikan inklusif dan meratifikasi konvensi PBB tentang hak-hak penyandang Disabilitas namun masih mengalami tantangan dalam mengimplementasikan seperti sumber daya yang terbatas, masih ada penolakan dari beberapa orang tua atau masyarakat dan tantangan lainnya dari sisi kebijakan afirmatif.

Kegiatan Azhariyat in Ramadhan ini dihadiri oleh ratusan peserta baik dari azhariyat sendiri maupun masyarakat umum. Kegiatan ini juga menghadirkan juru bahasa isyarat yang membuktikan bahwa Azhariyat Indonesia mendukung dan menghargai difabel. Acara ini diharapkan dapat memperkuat silaturahmi sesama alumni al-Azhar yang juga merupakan langkah awal menuju kegiatan halal bi halal yang diagendakan pada tanggal 17-18 April 2025 mendatang di Hotel Bidakara Jakarta.

“Semoga kegiatan ini menjadi ladang pahala amal jariyah bagi para alumni khususnya perempuan azhariyat sebagai medan mengabdi untuk agama, bangsa dan negara”, kunci moderator Dr. Haniah, Azhariyat angkatan 96.

Leave a Reply